Rabu, 13 Februari 2008

Bag 3 ACAK !!

Bekantan

Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Animalia
Filum:
Chordata
Kelas:
Mammalia
Ordo:
Primata
Famili:
Cercopithecidae
Subfamili:
Colobinae
Genus:
NasalisÉ. Geoffroy, 1812
Spesies:
N. larvatus
Nama binomial
Nasalis larvatusWurmb, 1787
Bekantan atau dalam nama ilmiahnya Nasalis larvatus adalah sejenis kera berhidung panjang dengan rambut berwarna coklat kemerahan dan merupakan satu dari dua spesies dalam genus tunggal kera Nasalis.
Ciri-ciri utama yang membedakan bekantan dari kera lainnya adalah hidung panjang dan besar yang hanya ditemukan di spesies jantan. Fungsi dari hidung besar pada bekantan jantan masih tidak jelas, namun ini mungkin disebabkan oleh seleksi alam. Kera betina lebih memilih jantan dengan hidung besar sebagai pasangannya. Karena hidungnya inilah, bekantan dikenal juga sebagai kera Belanda.
Bekantan jantan berukuran lebih besar dari betina. Ukurannya dapat mencapai 75cm dengan berat mencapai 24kg. Kera betina berukuran 60cm dengan berat 12kg. Spesies ini juga memiliki perut yang besar, sebagai hasil dari kebiasaan mengkonsumsi makanannya. Selain buah-buahan dan biji-bijian, bekantan memakan aneka daun-daunan, yang menghasilkan banyak gas pada waktu dicerna. Ini mengakibatkan efek samping yang membuat perut bekantan jadi membuncit.
Bekantan tersebar dan endemik di hutan bakau, rawa dan hutan pantai di pulau Kalimantan. Spesies ini menghabiskan sebagian waktunya di atas pohon dan hidup dalam kelompok-kelompok yang berjumlah antara 10 sampai 32 kera. Bekantan juga dapat berenang dengan baik, terkadang terlihat berenang dari satu pulau ke pulau lain.
Bekantan merupakan maskot fauna provinsi Kalimantan Selatan.
Berdasarkan dari hilangnya habitat hutan dan penangkapan liar yang terus berlanjut, serta sangat terbatasnya daerah dan populasi habitatnya, bekantan dievaluasikan sebagai Terancam Punah di dalam IUCN Red List. Spesies ini didaftarkan dalam CITES Appendix I.
Banteng


Banteng

Banteng di Disney's Animal Kingdom
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Animalia
Filum:
Chordata
Kelas:
Mammalia
Ordo:
Artiodactyla
Famili:
Bovidae
Subfamili:
Bovinae
Genus:
Bos
Spesies:
B. javanicus
Nama binomial
Bos javanicusd'Alton, 1823
Banteng, Bos javanicus, adalah hewan yang sekerabat dengan sapi dan ditemukan di Myanmar, Thailand, Kamboja, Laos, Vietnam, Kalimantan, Jawa, and Bali. Beberapa jenis banteng ditemukan pula di Australia Utara yang dibawa ke sana pada masa kolonisasi Britania pada 1849.
Banteng tumbuh hingga tinggi sekitar 1,6 m di bagian pundaknya dan panjang badan 2,3 m. Berat banteng jantan biasanya sekitar 680 - 810 kg – jantan yang sangat besar bisa mencapai berat satu ton – sedangkan betinanya memiliki berat yang lebih kecil. Banteng memiliki bagian putih pada kaki bagian bawah, punuk putih, serta warna putih disekitar mata dan moncongnya, walaupun terdapat sedikit dimorfisme seksual pada ciri-ciri tersebut. Banteng jantan memiliki kulit berwarna biru-hitam atau atau coklat gelap, tanduk panjang melengkung ke atas, dan punuk di bagian pundak. Sementara, betinanya memiliki kulit coklat kemerahan, tanduk pendek yang mengarah ke dalam dan tidak berpunuk.
Banteng hidup dari rumput, bambu, buah-buahan, dedaunan, dan ranting muda. Banteng umumnya aktif baik malam maupun siang hari, tapi pada daerah pemukiman manusia, mereka beradaptasi sebagai hewan nokturnal. Banteng memiliki kecenderungan untuk berkelompok pada kawanan berjumlah dua sampai tiga puluh ekor.
Banteng telah didomestikasi di beberapa daerah di Asia Tenggara yang jumlahnya mencapai sekitar 1,5 juta ekor. Banteng ternak dan liar dapat dikawinkan dan keturunan yang dihasilkannya sering kali subur.
Armadillo raksasa


Armadillo raksasa

Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Animalia
Filum:
Chordata
Kelas:
Mamalia
Ordo:
Cingulata
Famili:
Dasypodidae
Subfamili:
Tolypeutinae
Genus:
PriodontesF. Cuvier, 1825
Spesies:
P. maximus
Nama binomial
Priodontes maximus(Kerr, 1792)
Armadillo raksasa, Tatou, Ocarro (Priodontes maximus) adalah spesies terbesar armadillo. Spesies ini dapat ditemukan di hutan tropis Amerika Selatan bagian timur dan kini berada di habitat yang bervariasi dan paling jauh berada di Argentina selatan. Spesies ini kini adalah spesies terancam.
Spesies ini memiliki berat sekitar 59 pon ketika tumbuh penuh, dan spesimen seberat 71 pon telah diukur di alam liar. Panjangnya sebesar 895 mm.
Armadillo raksasa senang makan rayap dan beberapa semut, dan mengkonsumsi semua populasi rayap yang ada di satu sarang rayap.
Armadillo raksasa diklasifikasikan sebagai spesies terancam oleh daftar merah World Conservation Union tahun 2002, dan dimasukan kedalam Appendix I (ditangani agar tidak punah) pada Convention on the International Trade in Endangered Species of Wild Flora and Fauna.
Terdapat kebun binatang di Villavicencio, Colombia, yang disebut Los Ocarros dibuat untuk binatang ini







Elang Jawa


Elang Jawa

Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Animalia
Filum:
Chordata
Kelas:
Aves
Ordo:
Falconiformes
Famili:
Accipitridae
Genus:
Spizaetus
Spesies:
S. bartelsi
Nama binomial
Spizaetus bartelsiStresemann, 1924
Elang Jawa atau dalam nama ilmiahnya Spizaetus bartelsi adalah salah satu spesies elang berukuran sedang yang endemik di Pulau Jawa. Satwa ini dianggap identik dengan lambang negara Republik Indonesia, yaitu Garuda. Dan sejak 1992, burung ini ditetapkan sebagai maskot satwa langka Indonesia
Identifikasi
Elang yang bertubuh sedang sampai besar, langsing, dengan panjang tubuh antara 60-70 cm (dari ujung paruh hingga ujung ekor).
Kepala berwarna coklat kemerahan (kadru), dengan jambul yang tinggi menonjol (2-4 bulu, panjang hingga 12 cm) dan tengkuk yang coklat kekuningan (kadang nampak keemasan bila terkena sinar matahari). Jambul hitam dengan ujung putih; mahkota dan kumis berwarna hitam, sedangkan punggung dan sayap coklat gelap. Kerongkongan keputihan dengan garis (sebetulnya garis-garis) hitam membujur di tengahnya. Ke bawah, ke arah dada, coret-coret hitam menyebar di atas warna kuning kecoklatan pucat, yang pada akhirnya di sebelah bawah lagi berubah menjadi pola garis (coret-coret) rapat melintang merah sawomatang sampai kecoklatan di atas warna pucat keputihan bulu-bulu perut dan kaki. Bulu pada kaki menutup tungkai hingga dekat ke pangkal jari. Ekor kecoklatan dengan empat garis gelap dan lebar melintang yang nampak jelas di sisi bawah, ujung ekor bergaris putih tipis. Betina berwarna serupa, sedikit lebih besar.
Iris mata kuning atau kecoklatan; paruh kehitaman; sera (daging di pangkal paruh) kekuningan; kaki (jari) kekuningan. Burung muda dengan kepala, leher dan sisi bawah tubuh berwarna coklat kayu manis terang, tanpa coretan atau garis-garis.1
Ketika terbang, elang Jawa serupa dengan elang brontok (Spizaetus cirrhatus) bentuk terang, namun cenderung nampak lebih kecoklatan, dengan perut terlihat lebih gelap, serta berukuran sedikit lebih kecil.
Bunyi nyaring tinggi, berulang-ulang, klii-iiw atau ii-iiiw, bervariasi antara satu hingga tiga suku kata. Atau bunyi bernada tinggi dan cepat kli-kli-kli-kli-kli. Sedikit banyak, suaranya ini mirip dengan suara elang brontok meski perbedaannya cukup jelas dalam nadanya.2
Penyebaran, ekologi dan konservasi
Sebaran elang ini terbatas di Pulau Jawa, dari ujung barat (Taman Nasional Ujung Kulon) hingga ujung timur di Semenanjung Blambangan Purwo. Namun demikian penyebarannya kini terbatas di wilayah-wilayah dengan hutan primer dan di daerah perbukitan berhutan pada peralihan dataran rendah dengan pegunungan. Sebagian besar ditemukan di separuh belahan selatan Pulau Jawa. Agaknya burung ini hidup berspesialisasi pada wilayah berlereng. 3
Elang Jawa menyukai ekosistem hutan hujan tropika yang selalu hijau, di dataran rendah maupun pada tempat-tempat yang lebih tinggi. Mulai dari wilayah dekat pantai seperti di Ujung Kulon dan Meru Betiri, sampai ke hutan-hutan pegunungan bawah dan atas hingga ketinggian 2.200 m dan kadang-kadang 3.000 m dpl.
Pada umumnya tempat tinggal elang jawa sukar untuk dicapai, meski tidak selalu jauh dari lokasi aktifitas manusia. Agaknya burung ini sangat tergantung pada keberadaan hutan primer sebagai tempat hidupnya. Walaupun ditemukan elang yang menggunakan hutan sekunder sebagai tempat berburu dan bersarang, akan tetapi letaknya berdekatan dengan hutan primer yang luas.
Burung pemangsa ini berburu dari tempat bertenggernya di pohon-pohon tinggi dalam hutan. Dengan sigap dan tangkas menyergap aneka mangsanya yang berada di dahan pohon maupun yang di atas tanah, seperti pelbagai jenis reptil, burung-burung sejenis walik, punai, dan bahkan ayam kampung. Juga mamalia berukuran kecil sampai sedang seperti tupai dan bajing, kalong, musang, sampai dengan anak monyet.
Masa bertelur tercatat mulai bulan Januari hingga Juni. Sarang berupa tumpukan ranting-ranting berdaun yang disusun tinggi, dibuat di cabang pohon setinggi 20-30 di atas tanah. Telur berjumlah satu butir, yang dierami selama kurang-lebih 47 hari.
Pohon sarang merupakan jenis-jenis pohon hutan yang tinggi, seperti rasamala (Altingia excelsa), pasang (Lithocarpus dan Quercus), tusam (Pinus merkusii), puspa (Schima wallichii), dan ki sireum (Eugenia clavimyrtus). Tidak selalu jauh berada di dalam hutan, ada pula sarang-sarang yang ditemukan hanya sejarak 200-300 m dari tempat rekreasi.2
Di habitatnya, elang Jawa menyebar jarang-jarang. Sehingga meskipun luas daerah agihannya, total jumlahnya hanya sekitar 137-188 pasang burung, atau perkiraan jumlah individu elang ini berkisar antara 600-1.000 ekor.4 Populasi yang kecil ini menghadapi ancaman besar terhadap kelestariannya, yang disebabkan oleh kehilangan habitat dan eksploitasi jenis. Pembalakan liar dan konversi hutan menjadi lahan pertanian telah menyusutkan tutupan hutan primer di Jawa.5 Dalam pada itu, elang ini juga terus diburu orang untuk diperjual belikan di pasar gelap sebagai satwa peliharaan. Karena kelangkaannya, memelihara burung ini seolah menjadi kebanggaan tersendiri, dan pada gilirannya menjadikan harga burung ini melambung tinggi.
Mempertimbangkan kecilnya populasi, wilayah agihannya yang terbatas dan tekanan tinggi yang dihadapi itu, organisasi konservasi dunia IUCN memasukkan elang Jawa ke dalam status EN (Endangered, terancam kepunahan). 6 Demikian pula, Pemerintah Indonesia menetapkannya sebagai hewan yang dilindungi oleh undang-undang.7
Catatan taksonomis
Sesungguhnya keberadaan elang Jawa telah diketahui sejak sedini tahun 1820, tatkala van Hasselt dan Kuhl mengoleksi dua spesimen burung ini dari kawasan Gunung Salak untuk Museum Leiden, Negeri Belanda. Akan tetapi pada masa itu hingga akhir abad-19, spesimen-spesimen burung ini masih dianggap sebagai jenis elang brontok.
Baru di tahun 1908, atas dasar spesimen koleksi yang dibuat oleh Max Bartels dari Pasir Datar, Sukabumi pada tahun 1907, seorang pakar burung di Negeri Jerman, O. Finsch, mengenalinya sebagai takson yang baru. Ia mengiranya sebagai anak jenis dari Spizaetus kelaarti, sejenis elang yang ada di Sri Lanka. Sampai kemudian pada tahun 1924, Prof. Stresemann memberi nama takson baru tersebut dengan epitet spesifik bartelsi, untuk menghormati Max Bartels di atas, dan memasukkannya sebagai anak jenis elang gunung Spizaetus nipalensis.2
Demikianlah, burung ini kemudian dikenal dunia dengan nama ilmiah Spizaetus nipalensis bartelsi, hingga akhirnya pada tahun 1953 D. Amadon mengusulkan untuk menaikkan peringkatnya dan mendudukkannya ke dalam jenis yang tersendiri, Spizaetus bartelsi.8














































Ginkgo


GinkgoRentang fosil: Jurassic - Pliocene1

Daun ginkgo
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Plantae
Divisi:
Ginkgophyta
Kelas:
Ginkgoopsida
Ordo:
Ginkgoales
Famili:
Ginkgoaceae
Genus:
Ginkgo
Spesies
G. biloba L.
Ginkgo biloba merupakan spesies tunggal dari suatu divisio tumbuhan berbiji terbuka yang dulu diketahui tersebar luas. Sekarang tumbuhan ini hanya tumbuh liar di Asia Timur Laut, namun telah tersebar luas di tempat-tempat beriklim sedang lainnya sebagai pohon hias. Bentuk tumbuhan ini tidak banyak berubah dari fosil-fosilnya yang ditemukan.
Pemerian
Pohon menahun, tipe gugur, dapat berumur ratusan tahun. Daun berbentuk kipas, tumbuh dari ujung batang/cabang. Urat-urat daun memanjang dari pangkal. Tidak berbunga dan berbuah karena merupakan tumbuhan berbiji terbuka. Biji terlindungi oleh selapis jaringan lunak (salut biji).
Pemanfaatan
Biji ginkgo dapat dimakan dan diolah menjadi obat. Sejumlah produk makanan suplemen mengandung ekstrak ginkgo, terutama yang berkaitan dengan daya ingat.









Kanguru-pohon Mantel-emas
Kanguru-pohon Mantel-emas
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Animalia
Filum:
Chordata
Kelas:
Mammalia
Infrakelas:
Marsupialia
Ordo:
Diprotodontia
Famili:
Macropodidae
Genus:
Dendrolagus
Spesies:
D. pulcherrimus
Nama binomial
Dendrolagus pulcherrimusFlannery, 1993
Kanguru-pohon Mantel-emas atau dalam nama ilmiahnya Dendrolagus pulcherrimus adalah sejenis kanguru-pohon yang hanya ditemukan di hutan pegunungan pulau Irian. Spesies ini memiliki rambut-rambut halus pendek berwarna coklat muda. Leher, pipi dan kakinya berwarna kekuningan. Sisi bawah perut berwarna lebih pucat dengan dua garis keemasan dipunggungnya. Ekor panjang dan tidak prehensil dengan lingkaran-lingkaran terang.
Penampilan Kanguru-pohon Mantel-emas serupa dengan Kanguru-pohon Hias. Perbedaannya adalah Kanguru-pohon Mantel-emas memiliki warna muka lebih terang atau merah-muda, pundak keemasan, telinga putih dan berukuran lebih kecil dari Kanguru-pohon Hias. Beberapa ahli menempatkan Kanguru-pohon Mantel-emas sebagai subspesies dari Kanguru-pohon Hias.
Kanguru-pohon Mantel-emas ditemukan pada tahun 1990 oleh Pavel German di Gunung Sapau, Pegunungan Torricelli di Papua New Guinea. Populasi lainnya ditemukan di daerah terpencil di Pegunungan Foja, provinsi Papua, Indonesia pada bulan Desember 2005. Spesies ini merupakan jenis mamalia besar baru untuk Indonesia.
Kanguru-pohon Mantel-emas merupakan salah satu jenis kanguru-pohon yang paling terancam kepunahan di antara semua kanguru-pohon. Spesies ini telah punah di sebagian besar daerah habitat aslinya.







Kelinci Amami

Kelinci Amami1

Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Animalia
Filum:
Chordata
Kelas:
Mamalia
Ordo:
Lagomorpha
Famili:
Leporidae
Genus:
PentalagusLyon, 1904
Spesies:
P. furnessi
Nama binomial
Pentalagus furnessi(Stone, 1900)
Kelinci Amami (Pentalagus furnessi; Amami: ʔosagi), atau Amami no Kuro Usagi 奄美の黒兔 (, Amami no Kuro Usagi 奄美の黒兔?), juga disebut Kelinci Ryukyu, adalah kelinci primitif berbulu hitam yang hanya dapat ditemukan di Amami Ōshima dan Toku-no-Shima, dua kepulauan kecil antara Kyūshū selatan dan Okinawa di prefektur Kagoshima (tetapi lebih dekat dengan Okinawa) di Jepang. Kelinci ini sering disibut fosil hidup. Kelinci Amami adalah kelinci kuno yang pernah hidup di Asia daratan, tempat mereka meninggal, sisanya hanya tinggal berada di kepulauan kecil tempat mereka dapat selamat kini.
Kelinci Amami kini merupakan spesies terancam karena perburuan yang akhirnya berakhir ketika Jepang memberikan perlindungan legal kelinci tahun 1921, tetapi kelinci ini juga meninggal karena ditebangny hutan dan dibunuh oleh anjing, kucing dan binatang lain yang dibawa manusia. Mongoose yang dilepas oleh penduduk untuk membunuh ular beracun juga membunuh jumlah besar kelinci Amami. Penebangan pohon sangat melukai kelinci Amami, terutama ketika mereka tidur selama siang hari, dan dapat dibunuh tanpa sempat melarikan diri.







Kera Hitam Sulawesi

Kera Hitam Sulawesi

Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Animalia
Filum:
Chordata
Kelas:
Mammalia
Ordo:
Primata
Famili:
Cercopithecidae
Genus:
Macaca
Spesies:
TM.nigra
Nama binomial
Macaca nigraDesmarest, 1822
Kera Hitam Sulawesi berwarna hitam di sekujur tubuh kecuali punggung dan selangkangan agak terang. Kepala hitam berjambul, muka tidak berambut, moncong lebih menonjol. Panjang tubuh hingga 44,5-60 cm, ekor 20 cm dan berat 15 kg.
Satwa ini dilindungi berdasarkan UU RI No.5 Tahun 1990 dan Peraturan Pemerintah RI No.7 Tahun 1999. Bisa ditemukan di Cagar Alam Tangkoko Batuangus & Dua Saudara, Cagar Alam Gunung Ambang, Gunung Lokon dan Tangale.
Diperoleh dari "http://id.wikipedia.org/wiki/Kera_Hitam_Sulawesi"




















Lutung Budeng

Lutung Budeng

Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Animalia
Filum:
Chordata
Kelas:
Mammalia
Ordo:
Primates
Famili:
Cercopithecidae
Genus:
Trachypithecus
Spesies:
T. auratus
Nama binomial
Trachypithecus auratus(É. Geoffroy, 1812)
Lutung Budeng atau dalam nama ilmiahnya Trachypithecus auratus adalah sejenis lutung berukuran sedang, dengan panjang sekitar 55cm. Lutung Budeng memiliki rambut tubuh berwarna hitam. Dan seperti jenis lutung lainnya, lutung ini memiliki ekor yang panjang, sekitar 87cm.
Jantan dan betina biasanya berwarna hitam, namun betina memiliki warna putih kekuningan di sekitar kelaminnya. Lutung muda memiliki rambut tubuh berwarna oranye. Ada dua subspesies dari Lutung Budeng, yang dibedakan dari daerah sebarannya. Subspesies utama, T. a. auratus memiliki ras yang langka, di mana lutung dewasa memiliki warna rambut seperti lutung muda yang berwarna oranye, namun warnanya lebih gelap sedikit dengan ujung kuning.

Endemik Indonesia, Lutung Budeng tersebar dan ditemukan di dalam hutan hujan tropis pulau Jawa, Bali, Kalimantan dan Sumatra.
Lutung Budeng adalah hewan diurnal, yang lebih aktif pada waktu siang hari di atas pepohonan. Makanan pokoknya terdiri dari tumbuh-tumbuhan. Memakan dedaunan, buah-buahan dan bunga. Spesies ini juga memakan larva serangga.
Lutung Budeng hidup berkelompok, yang dalam satu kelompoknya terdiri dari sekitar tujuh ekor lutung, termasuk satu atau dua ekor lutung jantan dewasa. Lutung betina biasanya hanya mempunyai satu anak setiap melahirkan dan saling bantu membesarkan anak-anak lutung. Namun lutung betina juga bersifat sangat agresif terhadap lutung betina dari kelompok lain.
Berdasarkan dari hilangnya habitat hutan dan penangkapan liar yang terus berlanjut, serta populasi lutung yang terus menyusut, Lutung Budeng dievaluasikan sebagai terancam punah di dalam IUCN Red List.











































Macan Tutul Salju

Macan Tutul Salju
Status konservasi: Terancam punah

Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Animalia
Filum:
Chordata
Kelas:
Mammalia
Ordo:
Carnivora
Familia:
Felidae
Genus:
UnciaGray, 1854
Spesies:
U. uncia


Nama binomial
Uncia unciaSchreber, 1775
Macan Tutul Salju atau dalam nama ilmiahnya Uncia uncia adalah sejenis kucing berukuran besar, dengan panjang tubuh mencapai 130cm, dan panjang ekor sekitar 100cm. Spesies ini mempunyai bulu tebal berwarna putih keabu-abuan dengan bintik-bintik berwarna hitam kecoklatan. Kucing betina serupa, dan berukuran lebih kecil dari jantan. Tidak seperti kucing-kucing besar lainnya, Macan Tutul Salju tidak dapat mengaum ataupun mendengkur, dan merupakan satu-satunya spesies di dalam marga tunggal Uncia.
Daerah sebaran spesies ini adalah di pegunungan salju Asia Tengah, dari Afganistan sampai Tibet bagian timur. Mangsa utamanya terdiri dari kambing gunung, kelinci dan binatang-binatang lain yang terdapat disekitar habitat Macan Tutul Salju.

Macan Tutul Salju adalah hewan penyendiri, jantan dan betina berburu mangsa berpasangan hanya pada waktu musim berbiak. Macan Tutul Salju betina biasanya mempunyai dua sampai tiga anak, yang tinggal bersama induknya sampai macan tutul muda berumur setidaknya satu tahun.
Walaupun dilindungi di hampir semua negara tempat spesies ini berada, Macan Tutul Salju masih diburu secara liar karena memangsa hewan ternak dan terutama untuk diambil bulunya. Macan Tutul Salju dievaluasikan sebagai Terancam Punah di dalam IUCN Red List dan didaftarkan di dalam CITES Appendix I.











































Maleo Senkawor

Maleo Senkawor

Litograf Maleo Senkawor dari "Lloyd's Natural History of Game Birds" karya by W. R. Ogilvie-Grant, diterbitkan tahun 1896.
Status konservasi
Terancam punah
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Hewan
Filum:
Chordata
Kelas:
Burung
Ordo:
Galliformes
Famili:
Megapodiidae
Genus:
MacrocephalonMüller, 1846
Spesies:
M. maleo
Nama binomial
Macrocephalon maleoS. Müller, 1846
Maleo Senkawor atau Maleo, yang dalam nama ilmiahnya Macrocephalon maleo adalah sejenis burung gosong berukuran sedang, dengan panjang sekitar 55cm, dan merupakan satu-satunya burung di dalam genus tunggal Macrocephalon. Burung ini memiliki bulu berwarna hitam, kulit sekitar mata berwarna kuning, iris mata merah kecoklatan, kaki abu-abu, paruh jingga dan bulu sisi bawah berwarna merah-muda keputihan. Di atas kepalanya terdapat tanduk atau jambul keras berwarna hitam. Jantan dan betina serupa. Biasanya betina berukuran lebih kecil dan berwarna lebih kelam dibanding burung jantan.
Populasi hewan endemik Indonesia ini hanya ditemukan di hutan tropis dataran rendah pulau Sulawesi. Maleo bersarang di daerah pasir yang terbuka, daerah sekitar pantai gunung berapi dan daerah-daerah yang hangat dari panas bumi untuk menetaskan telurnya yang berukuran besar, mencapai lima kali lebih besar dari telur ayam. Setelah menetas, anak Maleo menggali jalan keluar dari dalam tanah dan bersembunyi ke dalam hutan. Anak Maleo ini sudah dapat terbang, dan harus mencari makan sendiri dan menghindari hewan pemangsa, seperti ular, kadal, kucing, babi hutan dan burung elang.
Maleo Senkawor adalah monogami spesies. Pakan burung ini terdiri dari aneka biji-bijian, buah, semut, kumbang serta berbagai jenis hewan kecil.
Berdasarkan dari hilangnya habitat hutan yang terus berlanjut, tingkat kematian anak burung yang tinggi, populasi yang terus menyusut serta daerah dimana burung ini ditemukan sangat terbatas, Maleo Senkawor dievaluasikan sebagai terancam punah di dalam IUCN Red List. Spesies ini didaftarkan dalam CITES Appendix I.












































Panda

Panda Besar
Status konservasi: Terancam punah

Hua Mei, bayi panda yang lahir di Kebun Binatang San Diego Zoo pada 1999.
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Animalia
Filum:
Chordata
Kelas:
Mammalia
Ordo:
Carnivora
Familia:
Ursidae
Genus:
AiluropodaMilne-Edwards, 1870
Spesies:
A. melanoleuca


Nama binomial
Ailuropoda melanoleuca(David, 1869)
Subspesies
A. melanoleuca melanoleucaA. melanoleuca qinlingensis
Panda Besar (Hanzi: 貓熊;; pinyin: mao xiong), Ailuropoda melanoleuca ("Kaki-kucing hitam-putih") atau diringkas Panda, adalah seekor mamalia yang biasanya diklasifikasikan ke dalam keluarga beruang, Ursidae, yang hewan asli Tiongkok tengah. Panda Besar tinggal di wilayah pegunungan, seperti Sichuan dan Tibet. Pada setengah abad ke-20 terakhir, panda menjadi semacam lambang negara Tiongkok, dan sekarang ditampilkan pada uang emas negara tersebut.
Nama Chinanya berarti "kucing-beruang," dan juga bisa dibaca dibalik tanpa mengubah arti. Ia dinamai panda di Barat karena mirip dengan Panda Merah, dan dulunya dikenal sebagai Beruang Belang (Ailuropus melanoleucus).
Meskipun secara taksonomis ia adalah karnivora, makanannya seperti herbivora, sebagian besar tumbuh-tumbuhan, hampir hanya bambu saja. Secara teknis, seperti banyak hewan, panda adalah omnivora, karena diketahui mereka juga makan telur, dan juga serangga selain bambu.
Kedua makanan ini adalah sumber protein yang diperlukan. Telinganya bergerak-gerak saat mereka mengunyah.
Panda Besar juga masih bersaudara dengan Panda Merah, tetapi mereka dinamai mirip sepertinya akrena kebiasaan mereka memakan bambu. Sebelum hubungannya dengan Panda Merah ditemukan pada tahun 1901, Panda Besar dikenal sebagai beruang berwarna dua.
Selama puluhan tahun, klasifikasi taksonomi panda yang tepat diperdebatkan karena baik Panda Besar maupun Panda Merah memiliki ciri-ciri seperti beruang dan rakun. Namun, pengujian genetika mengungkapkan bahwa Panda Besar adalah beruang sejati dan termasuk keluarga Ursidae. Saudara terdekatnya dalam keluarga beruang adalah Beruang Berakcamata di Amerika Selatan. Sekarang masih diperdebatkan apakah Panda Merah termasuk keluarga Ursidaea tau keluarga rakut, Procyonidae.
Panda Besar termasuk spesies terancam punah, terancam oleh kehilangan habitat dan tingkat kelahiran sangat rendah, baik di alam maupun di kandang. Sekitar 1.600 diyakini masih hidup di alam. Panda Besar adalah lambang World Wildlife Fund (WWF), organisasi pelestarian alam.
Panda Besar memiliki cakar yang ganjil, dengan "jempol" dan lima jari; "jempol" ini sebenarnya tulang-pergelangan tangan yang termodifikasi. Stephen Jay Gould menulis esai tentang topik ini, lalu menggunakan judul The Panda's Thumb untuk buku kumpulan esainya.
Panda Besar pertama kali dikenal di dunia Barat pada 1869 oleh misionaris Prancis Armand David (18261900). Panda Besar lama menjadi hewan favorit masyarakat, sebagian karena spesies ini lucu seperti bayi, mirip dengan boneka beruang hidup. Panda juga sering digambarkan sedang berbaring santai sambil makan bambu, bukan berburu, sehingga meningkatlah citranya sebagai hewan manis dan cinta damai.
Peminjaman panda besar ke kebun binatang Amerika Serikat dan Jepang merupakan bagian penting diplomasi Republik Rakyat China pada tahun 1970-an karena peminjaman ini menandai sebagian pertukaran budaya pertama antara Tiongkok dan dunia Barat.
Namun, pada tahun 1984, panda sudah tidak lagi digunakan sebagai alat diplomasi. Alih-alih, China mulai menawarkan panda kepada negara-negara lain untuk peminjaman hanya sepuluh tahun. Ketentuan peminjaman standar mencakup tarif hingga US$1.000.000 per tahun dan syarat bahwa anak yang lahir semasa peminjaman adalah milik Republik Rakyat China.
Pada 1998 akibat tuntutan hukum oleh WWF, U.S. Fish and Wildlife Service mengharuskan kebun binatang AS yang ingin mengimpor panda agar memastikan bahwa setengah tarif yang dipasang China disalurkan untuk upaya pelestarian panda liar dan habitatnya, barulah lembaga tersebut mau mengeluarkan izin pengimporan panda tersebut


















Panda Merah

Panda Merah

Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Animalia
Filum:
Chordata
Kelas:
Mammalia
Ordo:
Carnivora
Famili:
Procyonidae
Subfamili:
Ailurinae
Genus:
AilurusCuvier, 1825
Spesies:
A. fulgens
Nama binomial
Ailurus fulgensCuvier, 1825
Panda Merah atau dalam nama ilmiahnya Ailurus fulgens adalah sejenis binatang menyusui di dalam ordo Carnivora. Sesuai namanya, Panda Merah memiliki bulu tebal berwarna merah kecoklatan dan berkaki hitam. Mukanya berbentuk bulat berwarna putih dengan garis merah kecoklatan dari mata ke mulutnya. Buntutnya panjang dengan duabelas cincin merah dan coklat-muda berselang-seling. Tapak kakinya ditutupi oleh bulu berwarna putih, yang berguna untuk menjaga kehangatan tubuh serta untuk berjalan di atas permukaan salju atau es.
Spesies ini pertama kali dideskripsikan ke dunia pengetahuan pada tahun 1825. Klasifikasi taksonomi Panda Merah sudah lama menimbulkan kontroversi. Sebelumnya Panda Merah ditempatkan dalam suku keluarga beruang Ursidae karena mempunyai kesamaan dengan beruang Panda, keduanya memiliki lima jari dengan ekstra jari di samping lima jarinya. Ekstra jari ini adalah tulang pergelangan tangan yang termodifikasi. Panda Merah juga ditempatkan dalam suku tunggal Ailuridae.
Namun sekarang spesies ini ditempatkan dalam suku Procyonidae, karena kemiripannya dengan spesies hewan dalam keluarga rakun. Panda Merah merupakan satu-satunya spesies di subsuku Ailurinae dan genus tunggal Ailurus.
Daerah sebaran Panda Merah adalah di Asia Tengah. Spesies ini ditemukan di hutan pegunungan Himalaya, Bhutan, Republik Rakyat Tiongkok, India, Laos, Myanmar dan Nepal.
Panda Merah aktif pada waktu pagi dan senja. Di siang hari, mereka tidur dan beristirahat di dahan pohon. Walaupun memiliki sistem pencernaan hewan karnivora, Panda Merah memiliki kebiasaan seperti hewan herbivora. Makanan utamanya adalah bambu, dan termasuk aneka buah, akar-akaran, rumput, beri dan tumbuh-tumbuhan lainnya. Untuk tambahan gizi, Panda Merah juga memakan telur, anak burung, serangga dan hewan-hewan kecil.
Panda Merah betina biasanya melahirkan dua ekor anak panda. Anak-anak panda ini buta waktu dilahirkan, dan mulai dapat melihat setelah berumur tiga minggu. Jantan dewasa tidak berperan dalam membesarkan anak panda. Panda Merah jantan adalah hewan teritorial, mereka menandai daerahnya dengan menggesekan kantung hormon mereka di benda-benda yang terdapat di alam liar.
Berdasarkan dari hilangnya habitat hutan dan penangkapan liar yang terus berlanjut untuk perdagangan dan untuk diambil bulunya, serta daerah dan populasi dimana spesies ini ditemukan terbatas, Panda Merah dievaluasikan sebagai Terancam Punah di dalam IUCN Red List. Spesies ini didaftarkan dalam CITES Appendix I.
Paus Sei

Paus Sei

Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Animalia
Filum:
Chordata
Kelas:
Mammalia
Subkelas:
Eutheria
Ordo:
Cetacea
Subordo:
Mysticeti
Famili:
Balaenoptiidae
Genus:
Balaenoptera
Spesies:
B. borealis
Nama binomial
Balaenoptera borealisLesson, 1828
Paus Sei (dilafalkan: seɪ atau saɪ), Balaenoptera borealis, adalah paus balin, rorqual terbesar ketiga setelah paus biru dan paus sirip.2 Binatang ini dapat ditemukan di belahan dunia di seluruh samudra dan tengah laut, dan menyukai perairan lepas pantai.3 Binatang ini cenderung menghindari kutub dan perairan tropis dan perairan yang setengah tertutup. Paus Sei bermigrasi setiap tahun dari perairan dingin dan subkutub di musim panas menuju perairan hangat dan subtropis di musim dingin, meskipun di kebanyakan wilayah rute migrasi yang tepat tidak diketahui.4
Jangkauan panjang paus labih dari 20 meter (66 kaki) dan massa lebih dari 45 ton.4 Binatang ini mengkonsumsi rata-rata 900 kilogram (2.000 pon) makanan setiap hari, terutama copepoda dan krill, dan zooplankton lainnya.5 Binatang ini tercepat dari seluruh cetacea, dan dapat menjangkau kecepatan lebih dari 50 kilometer per jam (31 mil per jam, lebih dari 27 knot) jarak pendek.5 Nama paus ini berasal dari bahasa Norwegia untuk pollock, ikan yang ada di pantai Norwegia pada waktu yang sama dengan paus Sei.6
Karena perburuan komersial berskala besar terhadap spesies ini, antara abad ke-19 dan abad ke-20, lebih dari 238.000 ekor spesies diambil,7 paus Sei kini adalah spesies yang dilindungi pada dunia internasional,1 walaupun perburuan masih terjadi dibawah program penelitian kontroversial oleh Islandia dan Jepang.89 Pada tahun 2006, terdapat sekitar 54.000 paus Sei, sekitar seperlima populasinya sebelum diburu.6

Spesies ini pertama disebutkan oleh René-Primevère Lesson pada tahun 1828, namun sebutan lanjutan diberikan oleh Karl Asmund Rudolphi dan spesies ini kadang-kadang direferensikan sebagai Rorqual Rudolphi, Paus Pollack, Paus Coalfish, Paus Sarden, atau Fin Jepang.10
Kata Sei berasa dari kata Norwegia seje untuk ikan pollock, juga direfensikan sebagai coalfish, yang berkerabat dekat dengan ikan kod. Sei Whales muncul di pantai Norwegia pada saat yang sama dengan pollock, keduanya muncul untuk makan sekumpulan plankton.6 Nama spesifik berasal dari kata Latin borealis, yang berarti utara. Di Pasifik, paus ini telah dikenal sebagai Fin Jepang; "finner" merupakan istilah umum untuk mengartikan rorquals. Di Jepang binatang ini disebut iwashi kujira, atau Paus Sarden, nama untuk seekor ikan karena paus itu telah diobservasi untuk makan di Pasifik.11
Paus Sei merupakan rorqual (famili Balaenopteridae), sebuah famili paus balin yang mencakup paus bungkuk, paus biru, paus Bryde, paus sirip dan paus Minke. Rorqual mendapatkan namanya dari bahasa Norwegia röyrkval, yang berarti "paus kerut",12 karena anggota famili ini memiliki rangkaian lipatan longitudinal atau lekukan yang bertempat di bawah mulut dan berlanjut sepanjang bagian dalam tubuh. Famili Balaenopteridae diyakini telah menyimpang famili lain dari subordo Mysticeti, juga disebut Paus tulang paus atau Paus besar, selama pertengahan Miosen.13 Namun begitu, sebagian kecil diketahui karena anggota dari famili yang bervariasi dalam Mysticeti, mancakup Balaenopteridae, yang menyimpang dari lainnya.
Dua subspesies telah teridentifikasi— Paus Sei Utara (Balaenoptera borealis borealis) dan Paus Sei Selatan (Balaenoptera borealis schleglii).14 Dua subspesies tersebut secara geografi terisolir dari lainnya dan jangkauan mereka tidak utuh.
Deskripsi dan kelakuan


Karakteristik fisik Paus balin. Klik gambar untuk memperbesar.
Paus Sei merupakan anggota terbesar ketika dalam famili Balaenopteridae, setelah Paus biru (lebih dari 180 ton) dan Paus sirip (lebih dai 70 ton).2 Hewan dewasa umumnya berukuran antara 12 dan 15 meter 5 dan massa 20–30 ton. Paus Sei selatan lebih besar dari Paus Sei Utara, dan betinanya lebih besar daripada jantan.4 Paus Sei terbesar yang diketahui berukuran 20 meter,5 dan massa antara 40 dan 45 ton. Spesimen terbesar berada di Islandia yang sedikit lebih panjang dari 16 meter.15 Ketika lahir, si anak umumnya berukuran panjang 4–5 meter.5
Tubuh paus ini secara khas berwarna abu-abu baja gelap dengan abu-abu terang beraturan hingga tanda putih pada permukaan ventral, atau menuju bagian depan tubuh yang terendah. Paus ini memiliki rangkaian 32–60 pleat atau lekukan sepanjang bawah tubuh yang menyebabkan daerah kerongkongan dapat melebar selama makan. Moncongnya tajam dan sirip dada lebih pendek dibandingkan paus lain, dengan panjang hanya 9%–10% dari total panjang tubuh, dan tajam di ujungnya.6 Binatang ini memiliki punggung tunggal yang panjang dari ujung moncongnyapada lubang sembur berpasangan yang merupakan karakteristik perbedaan paus balin. Kulit paus sering ditandai dengan lubang kecil atau lukan, yang setelah sembuh menjadi bekas luka putih. Ini dipercaya disebabkan oleh copepoda (Penella spp.) ectoparisitik,16 lamprey (famili Petromyzontidae),17 atau diyakini Hiu pemotong (Isistius brasiliensis).18 Binatang ini memiliki sebuah jangkung, sirip dorsal berbentuk arit yang tingginya 25–61 sentimeter, dan berpasangan sekitar dua-tiga yang bergerak mundur dari ujung moncong. Ukuran sirip dorsal, pola pigmentasi, dan bekas luka yang telah digunakan untuk suatu batas ekstensi dalam pengamatan identifikasi foto Paus Sei.19 Ekornya tebal dan gepeng, atau cuping, relatif kecil dalam relasi hingga ukuran tubuh paus.6
Rorqual ini merupakan penyaring makanan, yang digunakan lempeng balin untuk memperoleh makanan dari air dengan cara membuka mulutnya, yang menelan sejumlah besar air yang mengangkut makanan, kemudian menyaring air keluar dari balin, dengan meninggalkan sejumlah makanan di dalam mulut. Binatang dewasa memiliki 300–380 lempeng balin hitam pucat pada setiap sisi mulut, masing-masing panjangnya sekitar 48 sentimeter. Setiap lempeng terbuat dari kreatin seperti kuku jari yang tembus keluar menjadi rambut keputih-putihan pada bagian mulut dekat lidah.5 Rambut balin Paus Sei sangat yang keras (sekitar 0.1 mm, 0.004 inci) digunakan sebagai pembeda coraknya yang paling terpercaya dari semua paus balin.20
Paus Sei terlihat serupa dari paus balin lainnya. Cara yang mudah untuk membedakannya dan Paus Bryde, terpisah dari perbedaan dalam setiap balin paus, adalah dengan adanya punggung cabang samping pada permukaan dorsal di kepala Paus Bryde. Paus Sei besar dapat keliru dengan Paus sirip kecuali jika susunan warna kepala asimetris Paus Fin jelas terlihat; sisi kanan rahang yang lebih rendah dari Paus Fin adalah putih, dan sisi kiri abu-abu. Ketika terlihat sisinya, samping atas kepala Paus Sei memiliki lekukan kecil antara moncongnya yang runcing dan mata, sedangkan profil Paus Fin secara relatif tipis.4
Paus Sei biasanya berkelanan sendiri21 atau dalam kelompok kecil lebih dari enam individu.19 Kelompok besar terlihat terutama saat rombongan diberi makan ampas. Sangat sedikit yang diketahui tentang struktur sosial mereka. Jantan dan betina dapat membentuk sebuah ikatan, namun tidak ada riset yang cukup mengetahui untuk disetujui.222
Paus Sei adalah yang tercepat diantara seluruh cetacea. Binatang ini dapat menempuh kecepatan lebih dari 50 kilometer per jam dalam jarak dekat.5 Namun begitu, binatang ini bukan penyelam handal, yang menyelam hanya hingga kedalaman dangkal selama antara lima hingga lima belas menit. Antara penyelaman ini, paus ini berenang dekat permukaan selama beberapa menit, meninggalkan pemandangan yang jelas, perairan tenang, dangan semburan yang terjadi berulang-ulang sekitar 40–60 detik. Tidak seperti paus sirip, Paus Sei cenderung tidak muncul tinggi keluar air ketika menyelam. Lubang sembur dan sirip dorsal sering mengarah ke atas permukaan air secara serempak. Paus ini hampir tidak pernah memunculkan flukes ke atas permukaan, dan binatang ini jarang melampaui batas, atau melompat tinggi keluar air.4
Makanan

Paus Sei makan dekat permukaan samudra, yang berenang pada sisinya melalui segerombolan mangsa untuk memperoleh rata-rata sekitar 900 kilogram makanan setiap harinya.5 Untuk ukuran binatang, hal ini terkemuka karena untuk kebanyakan bagian, makanan yang disukainya rendah secara relatif pada rantai makanan, seperti zooplankton dan ikan kecil. Preferensi paus pada zooplankton telah ditentukan dari analisa perut dan pengamatan langsung kebiasaan makan .2324 Hal ini juga ditentukan dari analisa feses yang terkumpul dekat Paus Sei, yang tampak sebagai busa cokelat tipis di air. Feses tersebut dikumpulkan dalam jaring dan materi DNA pada sisanya terpisah keluar dan diidentifikasi secara individu, untuk dipasangkan dengan spesies yang dikatahui.25 Persaingan paus untuk makan dengan berbagai spesies lain, seperti ikan clupeida (haring dan kerabatnya), Hiu penjemur, dan paus sikat.
Di Atlantik, makanan pokok Paus Sei adalah copepoda calanoid, Calanus finmarchicus, dengan pilihan kedua euphausiida (krill), tertentu Meganyctiphanes norvegica dan Thysanoessa inermis.2627 Di Pasifik Utara, Paus Sei makan zooplankton serupa, seperti spesies copepoda Calanus cristatus, Calanus plumchrus, dan Calanus pacificus, dan spesies euphausida Euphausia pacifica, Thysanoessa inermis, Thysanoessa longipes, dan Thysanoessa spinifera. Sebagai tambahan, binatang ini juga diketahui makan organisme yang lebih besar, seperti cumi-cumi terbang Jepang, Todarodes pacificus pacificus,28 dan ikan kecil, seperti anggota genera Engraulis (anchovies), Cololabis (sauries), Sardinopa (pilchard), dan Trachurus (makarel jack).2629 Beberapa ikan tersebut dalam pola makannya secara komersial penting. California tengah, paus tersebut telah diobservasi makanannya pada anchovies antara bulan Juni dan Agustus, dan pada krill (Euphausia pacifica) selama September dan Oktober.17 Di belahan selatan, spesies mangsa seperti copepoda Calanus tonsus, Calanus simillimus, dan Drepanopus pectinatus sama baiknya dengan euphausida Euphausia superba dan Euphausia vallentini.26
Daur hidup
Kopulasi terjadi di perairan hangat, lautan subtropis selama musim dingin, dan periode gestasi diperkirakan 10 3/4 bulan,30 11 1/4 bulan,31 atau satu tahun,32 tergantung model apa pertumbuhan fetus yang digunakan. Perbedaan dalam periode gestasi adalah hasil yang tidak mampu diobservasi kehamilan keseluruhan paus; kebanyakan data reproduksi paus balin diperoleh dari hewan yang dibunuh oleh penangkap paus komersial, yang hanya menunjukkan penampilan tunggal pertumbuhan foetus. Peneliti kemudian berusaha meramalkan kemungkinan konsepsi tanggal berdasarkan atas pengukuran dan karakteristik fisik foetus dan bagaimana mereka membandingkan dengan kelahiran baru paus.
Kelahiran baru disapih dari induknya saat 6–9 usia bulan ketika panjangnya 11–12 meter,30 jadi penyapihan mengambil lokasi pada landasan makan di musim panas dan semi.
Betina bereproduksi setiap 2–3 tahun,30 dengan sebanyak 6 foetus dilaporkan, namun kelahiran tunggal jauh dari umumnya.5 Rata-rata usia kematangan seksual kedua alat kelamin adalah 8–10 tahun,30 saat berukuran panjang sekitar 12 meter untuk jantan dan 13 meter untuk betina.6 Paus tersebut dapat menempuh usia hingga lebih dari 65 tahun.33
Vokalisasi
Seperti paus lainnya, paus Sei terkenal untuk suaranya yang panjang, besar dan berfrekuensi kecil. Sedikit yang diketahui tentang panggilan spesifik yang dilakukan oleh paus ini, tetapi pada tahun 2003, pengamat mencatat panggilan paus Sei sebagai tambahan untuk suara gelombang elektromagnetik yang dapat dideskripsikan sebagai "eraman" pada pantai semenanjung Antarktika.34 Banyak panggilan memiliki bagian dengan perubahan frekuensi antara bagian. Kombinasi ini dilihat sebagai kunci yang dapat digunakan untuk membedakan suara paus Sei dengan paus lainnya. Kebanyakan panggilan berakhir sekitar setelah detik, dan muncul pada frekuensi 240–625 hertz , baik pada jarak normal suara yang kebanyakan dapat didengar manusia. Jumlah sumber maksimun vokal dilaporkal 156 desibel relatif dengan 1 mikropascal (μPa) untuk jarak referensi satu meter.34
Habitat dan migrasi

Paus Sei dapat ditemukan di seluruh dunia walaupun mereka jarang ditemukam di daerah perairan kutub atau tropis.4 Kesulitan membedakan paus Sei di laut dari kerabat mereka yang dekat, paus Bryde dan terkadang paus sirip telah menyebabkan kesalahan tentang batasan distribusi dan frekuensi kemunculan mereka, terutama di perairan hangat tempat paus Bryde paling banyak berada.
Di Atlantik utara, jangkauan paus Sei terbentang dari Eropa selatan atau Afrika barat daya sampai Norwegia di Atlantik timur, dan dari Amerika Serikat selatan ke Tanah Hijau di barat.3 Rekor paling selatan yang pernah ada adalah di pantai utara teluk Meksiko dan di Antilles Besar.20 Di sepanjang jangkauannya, paus ini berusaha untuk menghindari perairan yang membuat setengah tubuhnya ada di permukaan, seperti di teluk Meksiko, teluk Santo Laurensius, teluk Hudson, laut Utara, dan laut Tengah.4 Paus ini muncul di perairan dalam, kebanyakan muncul di lekuk benua,35 di cekungan yang terletak antara tepian,36 atau daerah lembah bawah laut.37
Di samudera Pasifik utara, paus Sei ditemukan dari garis lintang 20°N–23°N pada musim dingin, dan dari garis lintang 35°N–50°N pada musim panas.38 Diperkirakan 75% dari jumlah populasi paus Sei di Pasifik utara ditemukan pada batas penanggalan internasional timur,7 tetapi terdapat kekurangan informasi tentang distribusi paus ini di Pasifik utara. Dua paus yang dicatat di California nantinya ditemukan di Washington dan British Columbia, menjelaskan hubungan yang mungkin antara daerah tersebut,39 tetapi kekurangan data lainnya membuat dua hal tersebut tidak meyakinkan. Di Belahan Selatan, distribusi musim panas berdasarkan data penangkapan sejarah adalah antara garis lintang 40°S–50°S, sementara distribusi saat musim dingin tidak diketahui.26
Umumnya, paus Sei bermigrasi setiap tahun ke perairan dingin pada musim panas dan ke perairan subtropis pada musim dingin, tempat makanan lebih banyak tersedia.4 Di Atlantik barat daya, penglihatan dan rekor penangkapan menghasilkan bahwa paus bergerak ke utara mengikuti pinggir paparan untuk mencapai daerah tepi sungai Georges, selat timur laut dan tepi sungai Browns pada pertengahan sampai akhir Juni. Mereka hadir di pantai selatan Newfoundland pada bulan Agustus dan September, dan migrasi ke selatan dimulai bergerak ke barat dan selatan sepanjang paparan Nova Scotia dari pertengahan September sampai pertengahan November. Paus di laut Labrador pada minggu pertama Juni bergerak lebih jauh ke utara ke perairan barat daya Greenland pada musim panas.40 Di Atlantik timur laut, paus Sei pada musim dingin bergerak sampai Afrika Barat dan mengikuti paparan benua ke utara pada musim semi. Betina besar memimpin migrasi ke utara dan mencapai selat Denmark lebih awal dan lebih dapat dipercaya daripada seks dan kelas lainnya, tiba pada pertengahan Juli dan tetap berada melalui pertengahan September. Pada beberapa tahun, jantan dan betina yang lebih muda tetap berada di garis lintang yang lebih rendah selama bulan musim panas.15
Meskipun diketahui beberapa arah umum pada latar belakang migrasi paus Sei, rute migrasi terperinci tidak diketahui15 dan ilmuwan tidak dapat memprediksi dengan tepat tempat grup akan muncul dari satu tahun ke selanjutnya. Lokasi khusus dapat setahun melihat pemasukan banyak paus dan tidak untuk beberapa tahun kemudian.41 F.O. Kapel menyadari hubungan antara kemunculan berkala paus Sei di barat Tanah Hijau dan serbuan berkala perairan hangat dari arus Irminger ke daerah tersebut.42 Beberapa bukti dari data menunjukan bahwa individu paus Sei kembali ke pantai Islandia pada basis tahunan.43
Penangkapan ikan paus

Perkembangan harpun yang dapat meledak dan kapal penangkap bertenaga uap pada akhir abad ke-19 menyebabkan eksploitasi paus besar yang sebelumnya tidak dapat ditangkap oleh penangkap komersial. Karena kecepatan mereka yang cepat dan sulit ditangkap,44 dan nantinya karena produksi kecil minyak dan daging dibandingkan dengan paus besar lainnya, paus Sei tidak diburu. Ketika populasi paus sikat, paus biru, paus sirip dan paus bungkuk yang secara komersial lebih menarik menjadi habis, paus Sei diburu yang dilaksanakan pada tahun 1950-an sampai 1970-an.2
Atlantik utara
14.295 paus Sei ditangkap di samudera Atlantik Utara antara tahun 1885 dan tahun 1984.7 Mereka diburu pada jumlah besar di pantai Norwegia dan Skotlandia yang dimulai pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20,41 dan pada tahun 1885, lebih dari 700 paus Sei dibunuh di Finnmark, Norwegia.45 Daging paus Sei adalah makanan populer di Norwegia, dan harga dari daging paus Sei yang membuat dilakukannya perburuan spesies yang sulit ditangkap ini sebagai hal yang secara ekonomis dikerjakan dengan mudah pada awal abad ke-20.46
Di Islandia, 2.574 paus ditangkap dari pos penangkapan paus Hvalfjörður antara tahun 1948 dan tahun 1985. Sejak akhir tahun 1960-an atau awal 1970-an, paus Sei menjadi target kedua setelah paus sirip oleh penangkap paus Islandia, dengan permintaan daging berkualitas tinggi mengambil pertimbangan untuk minyak paus, yang pernah menjadi target penangkap paus.44
Jumlah kecil paus Sei ditangkap di semenanjung Iberia yang dimulai pada tahun 1920-an oleh penangkap paus Spanyol,47 dari paparan Nova Scotia pada akhir tahun 1960-an dan awal tahun 1970-an oleh penangkap paus Kanada,40 dan dari pantai Tanah Hijau barat dari tahun 1920-an sampai tahun 1950-an oleh penangkap paus Denmark dan Norwegia.42
Pasifik utara
Di Pasifik Utara, jumlah paus Sei yang dibunuh oleh penangkap paus komersial sebesar 72.215 antara tahun 1910 dan tahun 1975;7 mayoritas ditangkap setelah tahun 1947.48 Pangkalan pantai di Jepang dan Korea memprosesikan 300–600 paus Sei tiap tahun antara tahun 1911 dan tahun 1955. Pada tahun 1959, penangkapan paus oleh Jepang memuncak ketika 1.340 paus ditangkap. Penangkapan besar oleh penangkap paus di Pasifik Utara dimulai pada tahun 1960-an, dengan jumlah tangkapan rata-rata 3.643 per tahun dari tahun 1963 sampai tahun 1974 (jumlah 43.719; jangkauan per tahun 1.280–6.053).49 Pada tahun 1971, setelah dekada jumlah penangkapan paus Sei yang tinggi, spesies ini menjadi jarang di perairan Jepang, dan penangkapan paus komersial untuk paus berakhir di Pasifik Utara barat tahun 1975.5026
Di pantai Amerika Utara, paus Sei diburu di perairan British Columbia dari akhir tahun 1950-an sampai pertengahan tahun 1960-an, ketika jumlah paus yang ditangkap menurun sekitar 14 per tahun.2 Lebih dari 2.000 paus terbunuh di perairan British Columbia antara tahun 1962 dan tahun 1967.51 Antara tahun 1957 dan tahun 1971, pangkalan pantai California memprosesikan 386 paus.17 Penangkapan paus komersial untuk paus Sei berakhir di Pasifik Utara timur tahun 1971.
Belahan Selatan
Sebanyak 152.233 paus Sei ditangkap di belahan selatan antara tahun 1910 dan tahun 1979.7 Penangkapan ikan paus di samudra bagian selatan mengincar paus bungkuk. Pada tahun 1913, spesies yang diincar ini menjadi jarang dan penangkapan paus sirip dan paus biru mulai meningkat.
Karena kedua spesies tersebut juga menjadi jarang, paus Sei ditangkap dengan cepat pada akhir tahun 1950-an dan awal tahun 1960-an.26 Penangkapan memuncak pada tahun 1964 dengan lebih dari 20.000 paus Sei, tetapi pada tahun 1976, jumlah ini menurun dibawah 2.000 dan penangkapan komersial spesies ini berakhir pada tahun 1977.2

Perlindungan internasional

Paus Sei tidak mendapat perlindungan yang berarti pada tingkat internasional sampai tahun 1970, ketika batasan penangkapan di Pasifik Utara mulai diatur pada basis spesies oleh International Whaling Commission (IWC). Penangkap paus terbatas oleh kemampuannya untuk menetapkan lokasi paus.52 Paus Sei diberikan perlindungan penuh dari penangkapan paus di Pasifik Utara tahun 1976, dan batasan paus Sei diperkenalkan di Atlantik Utara tahun 1977. Populasi di belahan selatan dilindungi dari penangkapan pada tahun 1979. Karena menghadapi bukti bahwa beberapa spesies paus di dunia ditangani agar tidak punah, IWC memilih untuk mengimplementasikan pelarangan terhadap penangkapan paus yang dimulai pada tahun 1986 dan menghentikan semua penangkapan legal paus Sei.4
Pada akhir tahun 1970-an, beberapa penangkap paus "ilegal" terjadi di Atlantik Utara timur.53 Tidak terdapat bukti langsung penangkapan paus ilegal di Pasifik Utara, meskipun terdapat pengakuan kesalahan pelaporan data penangkapan paus oleh Uni Soviet54 berarti bahwa data penangkapan tidak seluruhnya dapat dipercaya.
Spesies ini masuk kedalam daftar merah IUCN tahun 2000, dikategorikan sebagai "terancam".1 Populasi di Belahan Utara dimasukan oleh CITES kedalam Appendix II, menandai bahwa mereka tidak perlu ditangani agar tidak punah, tetapi mungkin dapat terjadi jika tidak dimasukan. Populasi di Belahan Selatan dimasukan oleh CITES kedalam Appendix I, menandai bahwa mereka ditangani dari kepunahan.5
Penangkapan ikan paus pasca perlindungan
Sejak larangan penangkapan paus dilaksanakan, beberapa paus Sei ditangkap oleh penangkap paus Islandia dan Jepang dibawah program penelitian IWC. Islandia melakukan empat tahun penelitian antara tahun 1986 dan tahun 1989, menangkap 40 paus Sei per tahun.55
Ilmuwan Jepang membunuh kira-kira 50 paus Sei tiap tahun untuk tujuan ini. Penelitian dilaksanakan oleh Institut Penelitian Cetacean di Tokyo, institusi yang didanai secara pribadi dan tidak mendapat keuntungan. Fokus utama penelitian ini adalah untuk memeriksa apa yang dimakan paus Sei dan untuk menentukan tingkat kompetisi antara paus dan penangkapan ikan. Dr. Seiji Ohsumi, Direktur Jendrak Insitut Penelitian Cetacean mengatakan bahwa "Diperkirakan bahwa paus itu mengkonsumsi 3 sampai 5 kali jumlah persediaan laut seperti yang ditangkap untuk konsumsi manusia, sehingga penelitian kami menyediakan informasi berharga yang dibutuhkan untuk menambah manajemen semua sumber laut kami."56 Ia nantinya menambah bahwa "...Paus Sei adalah spesies paus yang paling berlimpah-limpah kedua di Pasifik Utara barat, dengan perkiraan populasi lebih dari 28.000 paus. It is clearly not endangered."57
Grup konservasi seperti World Wildlife Fund mempertanyakan kepentingan penelitian ini, menyatakan bahwa diketahui bahwa paus Sei terutama makan cumi-cumi dan plankton tidak diburu oleh manusia, dan jarang makan ikan. Mereka mengatakan bahwa program ini "bukan lain adalah rencana yang direncanakan untuk membiarkan perburuan paus tetap berjalan, dan kebutuhan untuk menggunakan paus sebagai korban dari kelebihan penangkapan ikan oleh manusia."8 Kualitas penelitian ilmu pengetahuan didapat dibawah program penelitian penangkapan paus dikritik sangat buruk; pada pertemuan komite ilmu pengetahuan Institut Penelitian Cetacean tahun 2001, 32 ilmuwan memasukan dokumen melambangkan kepercayaan mereka bahwa program Jepang itu kekurangan dan tidak mencapai standar minimum penilaian akademik yang digunakan secara luas pada ilmu pengetahuan dunia.58

Perkiraan populasi
Populasi global paus Sei diperkirakan hanya 54.000, sekitar seperlima populasi sebelum era perburuan ikan paus.6 Penelitian tahun 1991 di samudera Atlantik utara menunjukan bahwa jumlah populasi paus Sei di daerah itu hanya 4.000.59 Penelitian ini menggunakan metode pengukuran umum yang disebut "tangkapan per satuan usaha", yang mencoba untuk menarik kesimpulan tentang kelimpahan berdasarkan jumlah waktu dan usaha yang dibutuhkan untuk melokasi spesies pada pertanyaan. Metode ini dikritik pada komunitas ilmu pengetahuan dan tidak dianggap indeks kelimpahan ilmu pengetahuan sebenarnya.60 Paus Sei dikatakan jarang ditemukan pada tahun 1960-an dan awal 1970-an di Norwegia utara, tempat jumlah yang banyak ditangkap pada akhir abad ke-19 melalui Perang Dunia II.61 Satu penjelasan mungkin untuk hilangnya paus ini adalah karena paus tersebut terlalu banyak diambil,61 sementara penjelasan alternatif adalah pengurangan dratis copepoda di Atlantik tenggara selama akhir 1960-an karena perubahan distribusi paus Sei.62 Survey di selat Denmark menemukan 1.290 paus tahun 1987, dan 1.590 paus pada tahun 1989.62 Tingkat populasi di Nova Scotia diperkirakan antara 1.393 dan 2.248, dengan perkiraan terkecil sebesar 870.40
Penelitian pada tahun 1977 menghasilkan perkiraan populasi sebesar 9.110 di samudera Pasifik berdasarkan data tangkapan per satuan usaha.49 Besar populasi ini dibantah karena penangkapan paus yang dilakukan Jepang, dan terdapat klaim pada tahun 2002 bahwa populasi paus Sei di samudera Pasifik utara sebanyak 28.000 paus,57 besar yang tidak diterima oleh komunitas ilmu pengetahuan.8 Di perairan California, hanya terdapat satu penglihatan yang dikonfirmasi dan lima kemungkinan penglihatan dari tahun 1991 sampai tahun 1993 melalui survey kapal dan udara,63646465 dan tidak terdapat penglihatan yang dikonfirmasi di Oregon dan Washington. Karena aktivitas perburuan ikan paus komersial, diperkirakan terdapat 42.000 paus Sei di samudera Pasifik utara.49 Pada akhir periode eksploitasi (1974), jumlah paus Sei di samudera Pasifik utara berkurang antara 7.260 dan 12.620 paus.49
Di Belahan Selatan, perkiraan populasi paus Sei sebesar 9.800 sampai 12.000 ekor ikan paus. Perkiraan ini berdasarkan sejarah penangkapan dan tangkapan per satuan usaha di samudera belahan selatan.59 IWC melaporkan perkiraan 9.718 paus berdasarkan data survey antara tahun 1978 dan 1988.66 Karena penangkapan ikan paus komersial, diperkirakan terdapat 65.000 ekor ikan paus Sei yang hidup di belahan selatan.59




















Paus Sirip

Paus Sirip

Paus sirip di permukaan Fjord Kenai, Alaska

Perbandingan besar dengan manusia
Status konservasi
Terancam punah (IUCN) 1
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Animalia
Filum:
Chordata
Kelas:
Mammalia
Subkelas:
Eutheria
Ordo:
Cetacea
Subordo:
Mysticeti
Famili:
Balaenoptiidae
Genus:
Balaenoptera
Spesies:
B. physalus
Nama binomial
Balaenoptera physalus(Linnaeus, 1758)




Paus Sirip (Balaenoptera physalus) adalah mamalia laut yang masuk kedalam subordo paus balin. Paus ini adalah paus terbesar kedua dan binatang terbesar kedua setelah paus biru,2 yang memiliki panjang hampir sepanjang 27 meter.2
Paus sirip adalah paus yang panjang dan langsing. Tubuh paus sirip berwarna abu-abu kecoklatan dengan bagian permukaan bawah lebih terang. Terdapat 2 subspesies: paus sirip utara di Atlantik utara dan paus sirip Antakrtika di samudera daerah selatan. Paus ini dapat ditemui di semua samudera utama dunia, dari daerah kutub sampai perairan tropis. Paus ini tidak ada di perairan yang dekat dengan es di Kutub Utra dan Kutub Selatan. Paus ini juga tidak ada di perairan kecil yang jauh dari samudera terbuka. Populasi terbesar paus ini ditemukan di perairan hangat dan dingin.3 Makanan paus ini adalah ikan, cumi-cumi dan crustacea, termasuk mysidacea dan krill.
Sama seperti semua paus besar lainnya, paus sirip diburu selama abad ke-20 dan kini merupakan spesies terancam. International Whaling Commission (IWC) mengeluarkan larangan perburuan paus ini,4 walaupun Islandia dan Jepang telah mengumumkan keinginannya untuk meneruskan perburuan. Tubrukan dengan kapal dan suara dari aktivitas manu juga merupakan masalah untuk memulihkan spesies ini.



































Penyu

Penyu

Penyu hijau Hawaii
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Animalia
Filum:
Chordata
Kelas:
Sauropsida
Ordo:
Testudinata
Subordo:
Cryptodira
Superfamili:
ChelonioideaBauer, 1893
Genera
Familia Cheloniidae (Oppel, 1811)
Caretta
Chelonia
Eretmochelys
Lepidochelys
Natator
Familia Dermochelyidae
Dermochelys
Familia Protostegidae (hanya fosil)
Familia Toxochelyidae (hanya fosil)
Familia Thalassemyidae (hanya fosil)
Penyu adalah kura-kura laut.
Penyu ditemukan di semua samudra di dunia. Menurut data para ilmuwan, penyu sudah ada sejak akhir zaman Jura (145 - 208 juta tahun yang lalu) atau seusia dengan dinosaurus. Pada masa itu Archelon, yang berukuran panjang badan enam meter, dan Cimochelys telah berenang di laut purba seperti penyu masa kini.
Penyu memiliki sepasang tungkai depan yang berupa kaki pendayung yang memberinya ketangkasan berenang di dalam air. Walaupun seumur hidupnya berkelana di dalam air, sesekali hewan kelompok vertebrata, kelas reptilia itu tetap harus sesekali naik ke permukaan air untuk mengambil napas. Itu karena penyu bernapas dengan paru-paru. Penyu pada umumnya bermigrasi dengan jarak yang cukup jauh dengan waktu yang tidak terlalu lama. Jarak 3.000 kilometer dapat ditempuh 58 - 73 hari.
Masa Bertelur
Penyu mengalami siklus bertelur yang beragam, dari 2 - 8 tahun sekali. Sementara penyu jantan menghabiskan seluruh hidupnya di laut, betina sesekali mampir ke daratan untuk bertelur. Penyu betina menyukai pantai berpasir yang sepi dari manusia dan sumber bising dan cahaya sebagai tempat bertelur yang berjumlah ratusan itu, dalam lubang yang digali dengan sepasang tungkai belakangnya. Pada saat mendarat untuk bertelur, gangguan berupa cahaya ataupun suara dapat membuat penyu mengurungkan niatnya dan kembali ke laut.
Penyu yang menetas di perairan pantai Indonesia ada yang ditemukan di sekitar kepulauan Hawaii. Penyu diketahui tidak setia pada tempat kelahirannya.
Tidak banyak regenerasi yang dihasilkan seekor penyu. Dari ratusan butir telur yang dikeluarkan oleh seekor penyu betina, paling banyak hanya belasan tukik yang berhasil sampai ke laut kembali dan tumbuh dewasa. Itu pun tidak memperhitungkan faktor perburuan oleh manusia dan pemangsa alaminya seperti kepiting, burung dan tikus di pantai, serta ikan-ikan besar begitu tukik (anak penyu) tersebut menyentuh perairan dalam.
Di tempat-tempat yang populer sebagai tempat bertelur penyu biasanya sekarang dibangun stasiun penetasan untuk membantu meningkatkan tingkat kelulushidupan (survival). Di Indonesia misalnya terdapat stasiun penetasan di pantai selatan Jawa Barat (misalnya Pangumbahan), Jawa Timur, pantai selatan Bali (di dekat Kuta), serta di pantai selatan Lombok.
Jenis Penyu
Di dunia saat ini hanya ada tujuh jenis penyu yang masih bertahan, yaitu
penyu hijau (Chelonia mydas)
penyu sisik (Eretmochelys imbricata)
penyu Kemp’s ridley (Lepidochelys kempi)
penyu lekang (Lepidochelys olivacea)
penyu belimbing (Dermochelys coriacea)
penyu pipih (Natator depressus)
penyu tempayan (Caretta caretta)
Dari ketujuh jenis ini, hanya penyu Kemp's ridley yang tidak pernah tercatat ditemukan di perairan Indonesia.
Dari jenis-jenis tersebut, penyu belimbing adalah yang terbesar dengan ukuran panjang badan mencapai 2,75 meter dan bobot 600 - 900 kilogram. Penyu lekang adalah yang terkecil, dengan bobot sekitar 50 kilogram. Namun demikin, jenis yang paling sering ditemukan adalah penyu hijau.
Penyu, terutama penyu hijau, adalah hewan pemakan tumbuhan yang sesekali memangsa beberapa hewan kecil.
Isu konservasi

Dalam laporan Conservation International (CI) yang diumumkan pada simposium tahunan ke-24 mengenai usaha pelestarian penyu di Kosta Rika disebutkan, banyaknya penyu belimbing turun dari sekitar 115.000 ekor betina dewasa menjadi kurang dari 3.000 ekor sejak tahun 1982. Penyu belimbing telah mengalami penurunan 97% dalam waktu 22 tahun terakhir. Selain itu, lima spesies penyu juga beresiko punah, meski tidak dalam jangka waktu yang singkat seperti penyu belimbing.
Hampir semua jenis penyu termasuk ke dalam daftar hewan yang dilindungi oleh undang-undang nasional maupun internasional karena dikhawatirkan akan punah disebabkan oleh jumlahnya makin sedikit. Di samping penyu belimbing, dua spesies lain, penyu Kemp’s Ridley dan penyu sisik juga diklasifikasikan sebagai sangat terancam punah oleh The World Conservation Union (IUCN). Penyu hijau (Chelonia mydas), penyu lekang atau penyu abu-abu (Lepidochelys olivacea), dan penyu tempayan atau loggerhead (Caretta caretta) digolongkan sebagai terancam punah. Hanya penyu pipih (Natator depressus) yang diperkirakan tidak terancam.
Sebagian orang menganggap penyu adalah salah satu hewan laut yang memiliki banyak kelebihan. Selain tempurungnya yang menarik untuk cendramata, dagingnya yang lezat ditusuk jadi Sate penyu berkhasiat untuk obat dan ramuan kecantikan. Terutama di Tiongkok dan Bali, penyu menjadi bulan-bulanan ditangkap, disantap, tergusur dari pantai, telurnyapun diambil. Meski sudah ada Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa, yang melindungi semua jenis penyu, perburuan terhadap hewan yang berjalan lamban ini terus berlanjut. Untuk mencegah kepunahan penyu, terutama penyu belimbing, beberapa negara telah melindungi tempat bertelur penyu. Salah satunya adalah di Jamursba Medi, yang terletak di pantai utara Irian. Pantai itu baru-baru ini ditetapkan sebagai wilayah konservasi.









































Rusa Bawean

Rusa Bawean
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Animalia
Filum:
Chordata
Kelas:
Mammalia
Ordo:
Artiodactyla
Subordo:
Ruminantia
Famili:
Cervidae
Subfamili:
Cervinae
Genus:
Axis
Spesies:
A. kuhlii
Nama binomial
Axis kuhliiMüller, 1840
Rusa Bawean (Axis kuhlii) adalah sejenis rusa yang saat ini hanya ditemukan di Pulau Bawean. Spesies ini diklasifikasikan sebagai "terancam punah" oleh IUCN. Tinggi Rusa Bawean jantan dilaporkan sekitar 60-70 cm.















Solenodon Kuba

Solenodon Kuba1
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Animalia
Filum:
Chordata
Kelas:
Mamalia
Ordo:
Soricomorpha
Famili:
Solenodontidae
Genus:
Solenodon
Spesies:
S. cubanus
Nama binomial
Solenodon cubanusPeters, 1861
Solenodon Kuba (Solenodon cubanus), disebut Almiqui di Kuba, adalah soricomorph yang endemik pada Kuba. Spesies ini masuk kedalam famili Solenodontidae bersama spesies lainnya yang mirip, Solenodon Hispaniola (Solenodon paradoxus). Solenodon memiliki air liur yang beracun. Spesies ini ditemukan pada tahun 1861 oleh penyelidik alam Jerman, Wilhelm Peters. Spesies ini memiliki mata kecil, dan rambut berwarna coklat tua sampai hitam. Spesies ini merupakan spesies terancam karena diserang oleh predator yang dibawa manusia.


















Gorila



Gorila gunung.
Kingdom: Animalia
Phylum: Chordata
Class: Mamalia (binatang menyusui)
Order: Primata (primata terdiri dari 11 family, termasuk lemur, berbagai jenis monyet, marmot, kera besar dan manusia)
Family: Pongidae (kera beasar, termasuk gorila, simpanse, bonobo, dan urang utan)
Genus: Gorilla (gorila dan orang utan)
Species
Gorila Barat (Gorilla gorilla)
Sub-spesies
Gorila Dataran Barat (Gorilla gorilla gorilla)
Gorila Tepi Sungai (Gorilla gorilla diehli)

Gorila Timur (Gorilla beringei)
Sub-spesies
Gorila Gunung (Gorilla beringei beringei)
Gorila Dataran Timur (Gorilla beringei graueri)

Gorila adalah jenis primata yang terbesar. Makanan gorila terdiri dari sayur-sayuran, walaupun kadang juga makan serangga. Karena itu gorila dapat digolongkan sebagai binatang omnivora. Gorila berasal dari hutan tropis di Afrika. 97-98% DNA gorila identik dengan DNA manusia. Gorila adalah spesies kedua setelah simpanse yang terdekat dengan manusia. Ada dua spesies dalam genus gorila, yaitu gorila timur (eastern gorila) dan gorilla barat (western gorila).

Ciri Khas

Dibandingkan bentuk tubuh manusia, gorilla mempunyai tangan dan kaki yang panjang, dimana tangannya lebih panjang dari kaki. Dada gorila besar dan sebagian besar tubuhnya berbulu, kecuali jari-jemari, wajah, ketiak, telapak kaki dan telapak tangan. Kepala gorila besar, matanya kecil dan berwarna kecoklatan. Gorila tidak mempunyai ekor. Setiap ekor gorila mempunyai hidung yang unik, seperti manusia yang mempunyai sidik jari yang unik. Gigi gorila dewasa berjumlah 32. Panca indra gorila hampir serupa dengan manusia. Tubuh gorila jantan hampir dua kali besarnya dibandingkan gorila betina. Gorila kebanyakan makan tumbuh-tumbuhan. Setiap hari gorila butuh sekitar 25 kilogram makanan yang teriri dari daun-daunan, bunga-bungan, biji-bijian, batang dan tangkai pohon, dan kuncup bunga. Kadang-kadang, gorila juga makan semut dan sejenis rayap. Karean mendapat cairan cukup dari makanannya, gorila sangat jarang minum.
Gorila adalah binatang yang mempunyai intelijen tinggi. Beberapa penyelidikan menunjukkan bahwa gorila bisa berkomunikasi dengan menggunakan bahasa sandi. Contohnya adalah gorila Koko dan Michael. Gorila adalah binatang yang pemalu dan sosial. Gorila biasanya hidup di dalam keluarga yang terdiri dar 6 sampai 7 gorila. Suatu keluarga gorila terdiri dari dominan gorila (sering juga disebut ‘silverback’ gorila, karena punggungnya yang berwarna keperakan), dua atau lebih gorila betina dan sisanya anak-anak gorila. Bila anak gorila dewasa, mereka biasanya pergi untuk mencari keluarga gorila yang lain. Setiap malam sebelum tidur, gorila membuat sarang tempat tidur yang terdiri dari daun-daunan, tangkai, ataupun rumput. Ilmuwan yang mempelajari gorila dengan gampang bisa menduga jumlah anggota keluarga gorila dengan menghitung jumlah sarang tempat tidurnya. Gorila bisa hidup sampai 50 tahun di kebun binatang. Di alam liar, gorila biasanya mencapai usai 35 tahun. Gorila bisa melakukan reproduksi saat berusia 10-12 tahun. Gorila betina mengandung sekitar 8 sampai 9.5 bulan dan bisa melahirkan tiga gorila selama hidupnya. Bayi gorila bisa merangkak di usai sekitar 2 bulan dan bisa jalan di usai 9 bulan (jauh lebih awal dari bayi manusia).
Ancaman Kepunahan
Ilmuwan memperkirakan ada tinggal sekitar 50.000 gorila di alam liar Afrika. Sebagian besar dari dari jumlah ini adalah gorila dataran barat. Gorila dataran timur hanya tinggal sekitar 2500. Gorila gunung berjumlah 600 ekor dan berada dalam ancaman kepunahan.
































Tarsius

Binatang Hantu/Kera Hantu

Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Animalia
Filum:
Chordata
Kelas:
Mammalia
Ordo:
Primata
Famili:
Tarsiidae
Genus:
TarsiusErxleben, 1777
Spesies:
T.tarsier
Nama binomial
Tarsius tarsier(Erxleben, 1777)
Tarsius adalah suatu jenis primata kecil, memiliki tubuh berwarna coklat kemerahan dengan warna kulit kelabu, bermata besar dengan telinga menghadap ke depan dan memiliki bentuk yang lebar.
Nama Tarsius diambil karena ciri fisik tubuh mereka yang istimewa, yaitu tulang tarsal yang memanjang, yang membentuk pergelangan kaki mereka sehingga mereka dapat melompat sejauh 3 meter (hampir 10 kaki) dari satu pohon ke pohon lainnya. Tarsius juga memiliki ekor panjang yang tidak berbulu, kecuali pada bagian ujungnya. Setiap tangan dan kaki hewan ini memiliki lima jari yang panjang. Jari-jari ini memiliki kuku, kecuali jari kedua dan ketiga yang memiliki cakar yang digunakan untuk grooming.
Yang paling istimewa dari Tarsius adalah matanya yang besar. Ukuran matanya lebih besar jika dibandingkan besar otaknya sendiri. Mata ini dapat digunakan untuk melihat dengan tajam dalam kegelapan tetapi sebaliknya, hewan ini hampir tidak bisa melihat pada siang hari. Kepala Tarsius dapat memutar hampir 180 derajat baik ke arah kanan maupun ke arah kiri, seperti burung hantu. Telinga mereka juga dapat digerakkan untuk mendeteksi keberadaan mangsa.
Tarsius adalah makhluk nokturnal yang melakukan aktivitas pada malam hari dan tidur pada siang hari. Oleh sebab itu Tarsius berburu pada malam hari. Mangsa mereka yang paling utama adalah serangga seperti kecoa, jangkrik, dan terkadang reptil kecil, burung, dan kelelawar.
Habitatnya adalah di hutan-hutan Sulawesi Utara hingga Sulawesi Selatan, juga di pulau-pulau sekitar Sulawesi seperti Suwu, Selayar, dan Peleng. Tarsius juga dapat ditemukan di Filipina.
Tarsius menghabiskan sebagian besar hidupnya di atas pohon. Hewan ini menandai pohon daerah teritori mereka dengan urine. Tarsius berpindah tempat dengan cara melompat dari pohon ke pohon. Hewan ini bahkan tidur dan melahirkan dengan terus bergantung pada batang pohon. Tarsius tidak dapat berjalan di atas tanah, mereka melompat ketika berada di tanah.
Diperoleh dari "http://id.wikipedia.org/wiki/Tarsius"











































Lutung Kelabu

Lutung Kelabu

Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Animalia
Filum:
Chordata
Kelas:
Mammalia
Ordo:
Primates
Famili:
Cercopithecidae
Genus:
Trachypithecus
Spesies:
T. cristatus
Nama binomial
Trachypithecus cristatusRaffles, 1821
Lutung Kelabu atau dalam nama ilmiahnya Trachypithecus cristatus adalah sejenis lutung berukuran sedang, dengan panjang sekitar 58cm. Lutung Kelabu memiliki rambut tubuh berwarna hitam dengan ujung warna putih atau kelabu. Mukanya berwarna hitam tanpa lingkaran putih di sekitar mata dan rambut di atas kepalanya meruncing dengan puncak ditengahnya. Seperti jenis lutung lainnya, lutung ini memiliki ekor yang panjang, berukuran sekitar 75cm.
Lutung jantan dan betina serupa. Betina biasanya berukuran lebih kecil dan ringan di banding jantan. Ketika baru lahir, bayi lutung memiliki rambut tubuh berwarna jingga. Setelah berumur tiga bulan, rambut warna jingga ini digantikan dengan rambut tubuh hitam seperti lutung dewasa.
Daerah sebaran Lutung Kelabu adalah hutan hujan tropis, hutan bakau, dan hutan-hutan sekitar pantai dan sungai di Indocina, Thailand, semenanjung Melayu, pulau Sumatra, pulau Kalimantan dan beberapa pulau kecil lainnya.
Lutung Kelabu adalah hewan arboreal, yang hidup di atas pepohonan. Makanan pokoknya terdiri dari tumbuh-tumbuhan. Memakan dedaunan, buah-buahan serangga.
Lutung Kelabu hidup berkelompok.
Di dalam satu kelompok terdiri dari sekitar sembilan sampai tigapuluh ekor lutung, termasuk satu lutung jantan dewasa dan lutung-lutung betina yang secara komunal membesarkan anak lutung. Lutung jantan dewasa melindungi kelompok dan wilayahnya dari lutung jantan lainnya.
Lutung Kelabu memiliki daerah sebaran yang cukup luas, namun hilangnya habitat hutan dan penangkapan liar yang terus berlanjut mengancam keberadaan spesies ini. Lutung Kelabu dievaluasikan sebagai hampir terancam di dalam IUCN Red List.












































Monyet Jepang

Monyet Jepang1

Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Animalia
Filum:
Chordata
Kelas:
Mamalia
Ordo:
Primata
Famili:
Cercopithecidae
Genus:
Macaca
Spesies:
M. fuscata
Nama binomial
Macaca fuscataBlyth, 1875
Monyet Jepang (Macaca fuscata) adalah salah satu spesies monyet dari familia Cercopithecidae yang endemik di Jepang. Monyet ini sering disebut Monyet Salju karena hidup di tengah kawasan bersalju. Monyet Jepang terdiri dari dua subspesies:
Macaca fuscata fuscata
Macaca fuscata yakui (Monyet Yakushima).1
Identifikasi
Ukuran tubuh berkisar antara 50-60 cm, dengan ukuran tubuh terbesar mencapai 1,3 m. Jantan beratnya antara 10 kg hingga 14 kg, sedangkan betina berukuran tubuh lebih kecil, sekitar 5,5 kg. Dibandingkan spesies lain dari genus Macaca, monyet Jepang memiliki ekor yang sangat pendek sekitar 10 cm. Ciri khas monyet Jepang adalah kulit bagian wajah dan pantat yang berwarna merah. Sebaliknya, kulit kaki dan tangan berwarna hitam.
Habitat dan kebiasaan
Monyet Jepang adalah hewan hewan siang (diurnal) yang hidup di dalam hutan. Habitatnya di hutan subtropis, hutan subelfin, hutan musim, dan hutan selalu hijau yang berada di bawah ketinggian 1.500 m. Makanan berupa daun-daunan, biji-bijian, akar-akaran, tunas pohon, buah-buahan, serangga, buah beri, hewan invertebrata, jamur, telur burung, kulit pohon, dan serealia.
.
Selain manusia, monyet Jepang adalah primata satu-satunya yang hidup di belahan bumi paling utara. Suhu musim dingin di daerah pegunungan Pulau Honshu bisa jatuh hingga di bawah -15°C. Kebiasaan monyet Jepang berendam di pemandian air panas untuk menghangatkan diri sering diliput media massa.



Habitat monyet Jepang di Pulau Honshu, Shikoku, dan Kyushu. Monyet Jepang tersebar mulai dari Tanjung Shimonokita yang terletak di bagian paling utara Pulau Honshu hingga Pulau Yakushima di selatan Kyushu.
Di Jepang terdapat enam kawasan yang ditetapkan sebagai suaka margasatwa monyet Jepang:
Kōjima di Kushima, Prefektur Miyazaki
Gunung Takasaki di kota Oita, Prefektur Oita
Gunung Minoh di kota Minoh, Prefektur Osaka
Gunung Takago di kota Futtsu, Prefektur Chiba
Takahashi, Prefektur Okayama
Tanjung Shimonokita di Prefektur Aomori.
Perilaku sosial dan reproduksi
Monyet Jepang hidup berkelompok. Satu kelompok terdiri dari 20 hingga 100 ekor yang dibagi menjadi beberapa subkelompok berdasarkan kekerabatan sejumlah betina (matrilineal) bersama beberapa pejantan. Secara rata-rata, perbandingan betina dan jantan adalah 3:1. Di antara monyet betina terdapat hirarki yang ketat. Anak berkelamin betina mewariskan peran dan kedudukan ibu dalam kelompok. Sebaliknya, pejantan cenderung hidup berpindah-pindah dari satu kelompok ke kelompok yang lain.
Sepanjang musim kawin, betina melakukan kopulasi dengan rata-rata 10 pejantan. Walaupun demikian, hanya sepertiga dari 10 pejantan yang berhasil ejakulasi. Betina hanya bunting selama musim kawin, walaupun hubungan antara jantan-betina terus berlangsung sepanjang tahun. Masa bunting adalah 173 hari, bayi yang dilahirkan hanya satu ekor. Berat bayi ketika dilahirkan sekitar 500 gram. Usia harapan hidup monyet Jepang rata-rata 30 tahun.
Selain manusia dan rakun, monyet Jepang adalah satu-satunya hewan yang mencuci makanannya sebelum dimakan. Hasil penelitian juga mengungkap kelompok monyet Jepang yang hidup terpisah beberapa ratus kilometer memiliki tinggi nada suara yang berbeda seperti halnya dialek dalam bahasa manusia. Teriakan monyet Pulau Yakushima (Macaca fuscata yakui) memiliki nada sekitar 110 hertz lebih tinggi dibanding suara monyet yang dibawa ke Prefektur Aichi.3
























Hewan Langka Mirip Jerapah Terlihat Kembali
Jakarta, Senin

ist
Meskipun kakinya bergaris seperti zebra, okapi, yang semakin langka di alam, lebih dekat kekerabatannya dengan jerapah.


Sejumlah okapi (Okapia johnstoni) terlihat kembali di Taman Nasional Virunga, Republik Demokrasi Kongo. Para aktivis lingkungan dari World Wildlife Fund (WWF) berhasil merekam jejak 17 ekor hewan langka yang mirip dengan jerapah itu.
"Kami dapat melacaknya dengan baik, merekam jejaknya, kotorannya, dan tanda-tanda yang menunjukkan ke mana hewan itu berada," kata Peter Stepehenson dari WWF. Hewan yang tinggal di hutan-hutan Afrika Tengah tersebut terakhir kali dilihat pada 1959.
"Namun, kami hanya menemukan 17 jejak okapi yang berbeda. Ini menunjukkan hanya ada beberapa ekor di sana - kami tidak dapat memastikan ada berapa banyak. Bagi kami, yang paling penting bukti bahwa mereka ada di sana," kata Stephenson.
Perang dan perburuan
Kehidupan liar di hutan-hutan Kongo terancam karena perang sipil. Banyak spesies liar yang menurun drastis karena perburuan yang berlebihan.
Habitat okapi di bagian timur Kongo berada di wilayah konflik yang berlangsung selama bertahun-tahun. Para aktivis lingkungan di Kongo telah berusaha keras mempertahankan hutan-hutan yang menjadi tempat hidup okapi.
Penemuan kembali okapi sebulan setelah pemilihan umum di negara Afrika tersebut menjadi sinyal positif. Hal tersebut menunjukkan bahwa pembangunan berkelanjutan untuk melindungi hutan dan komunitas lokal terbayarkan sudah.
Okapi biasanya tumbuh hingga sepanjang 2,5 meter dan tinggi 2 meter. Meskipun memiliki garis-garis hitam putih di kakinya seperti zebra, okapi lebih dekat kekerabatannya dengan jerapah.
Sebelumnya, hewan tersebut diduga hanya tersisa di Okapi Wildlife Reserve di bagian timur Kongo. Beberapa ekor okapi juga dipelihara di berbagai kebun binatang.
















ist
Jerapah putih yang terlihat bersama jerapah lain


Jerapah Putih Terekam Kamera
Jakarta, Selasa
Seorang peneliti di Afrika berhasil membuktikan adanya jerapah putih di Afrika. Ia merekam foto hewan langka yang sebelumnya sempat dicarinya selama 12 tahun.
Charles Foley, seorang peneliti Wildlife Conservation Society (WCS) pertama kali mendengar rumor adanya jerapah putih pada 1993 ketika meneliti gajah-gajah sabana di Taman Nasional Tarangire, Tanzania.
Merasa penasaran, Foley memutuskan untuk melakukan pencarian. Tapi, tahun demi tahun usahanya tak pernah berhasil. "Saya pikir ia telah mati, baik mengenaskan di tangan pemburu atau melalui cara-cara yang lebih baik," katanya. Meskipun demikian, ia tidak pernah berhenti untuk terus mencari.
Foley berusaha keras untuk menemukannya musim panas ini. Saat melakukan survai udara secara rutin terhadap kelompok gajah di taman nasional, ia melihat titik putih di kejauhan.
"Aku melihatnya...tiba-tiba hilang...lalu terlihat lagi...dan ia masih di sana," katanya. Kemudian, Foley mengatakan kepada pilotnya untuk bermanuver mendekati titik putih tersebut dan mengatur posisi agar dapat mengambil gambar jerapah putih yang mereka lihat sedang berjalan di antara dahan-dahan pohon.
"Bukti tersebut jelas terlihat, seekor jerapah berwarna putih dengan belang warna hitam di badannya," kata Foley. "Hanya setengah kakinya di bagian bawah yang berwarna coklat seperti jerapah pada umumnya," tambahnya.
Foley ragu bahwa jerapah yang berhasil direkam adalah hewan yang terlihat pada 1993. Kemungkinan besar ia juga bukan benar-benar albino. Seekor albino seharusnya tidak memiliki pigmen yang memberikan warna kulit. Selain itu, sepertinya hewan tersebut lebih tinggi dari jerapah-jerapah lainnya.













Jerapah Langka Lahir di Inggris
London, Rabu

ist.
Jerapah Rothschild bersama anaknya.
Taman Safari di Inggris merayakan kelahiran salah satu jenis jerapah paling langka di dunia. Kelahiran di luar habitat ini merupakan keberhasilan kedua selama empat tahun terakhir.
Anak jerapah Rothschild (Giraffa camelopardalis rothschildi) lahir hari Minggu siang - suatu hal yang jarang karena kebanyakan jerapah melahirkan setelah petang. Uniknya lagi, bayi jerapah ini lahir di hadapan banyak pengunjung di Taman Safari Woburn, Bedfordshire, sebelah utara London, kata Cheryl Williams, manager pemasaran taman safari.
"Jenis ini adalah sub-spesies jerapah yang amat langka, di antara sembilan subspesies lain. Kami menduga jumlahnya di alam liar hanya tinggal sekitar 40 ekor saja," ujarnya.
Jerapah ini memang sedang dibiakkan dalam suatu program yang melibatkan 95 kebun binatang dan taman safari di Eropa. "Banyak hewan langka menjadi bagian program pembiakan di Eropa. Ini dilakukan agar kami bisa saling mengawinkan hewan-hewan langka yang jumlahnya sangat terbatas."
Doto, ayah dari anak jerapah betina yang baru lahir, berasal dari kebun binatang di Belanda, sedangkan ibunya, Savannah, dipindahkan ke taman safari setelah sebelumnya berada di Edinburgh. Kelahiran baru ini menambah populasi jerapah Rothschild di sana menjadi enam ekor, termasuk Danica, anak jerapah pertama yang lahir di Woburn sejak taman safari itu bergabung dengan program empat tahun lalu.
Adapun hewan ini menjadi langka akibat banyaknya perburuan liar. Di samping itu, jerapah ini juga sering menjadi mangsa singa, hyena, dan macan tutul.
Jerapah Rothschild terlihat mirip dengan kebanyakan jerapah lain, hanya saja warna kulit mereka lebih pucat dibanding jerapah-jerapah Masai. Pola kotak-kotak dalam tubuh mereka tidak serapat dan tidak terlalu bergerigi. Pola itu hanya berada di bagian atas tubuh, sedang di bawah lututnya polos.
Mereka hidup di padang-padang rumput yang sedikit bersemak dan berpohon jarang di Afrika timur. Posisi kepalanya yang tinggi, membuat hewan ini bisa dengan mudah melihat pemangsa yang datang mendekat. Jerapah adalah mamalia tertinggi di dunia dengan kepala berada 5,5 meter dari tanah saat berdiri tegak. (AFP/wsn)
Tanaman Langka di Gunung Muria
Kudus, Kompas - Diantara 17 tanaman yang ditemukan tim peneliti Muria Research Center (MRC) Universitas Muria Kudus (UMK) dan Lembaga Relung Yogyakarta (LRY) di kawasan Gunung Muria, beberapa di antaranya tergolong tanaman langka. Hal itu diungkapkan Widjanarko dari MRC UMK, Jumat (12/11) di Kudus.
Jumlah tersebut tentu saja belum seberapa bila dibanding dengan hasil identifikasi yang menunjukkan bahwa di kawasan Gunung Muria terdapat 109 jenis tumbuhan yang tergolong dalam 51 famili.
Sedang menurut data yang dihimpun Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Pati pada tahun 2003, terdapat 90 jenis pohon, palem-paleman dan rumput-rumputan.
Khusus jenis tanaman mahoni ( Swietenia mahagony) mulai ditanam tahun 1942, tusam ( Pinus merkusii) ditanam tahun 1944 dan kopi tahun 1914. Sedang sengon (Albizzia falcata)dan Eucalyptus deglupta) ditanam secara sporadis sehingga tahun tanam tak terdata.
Masih menurut tanaman Perhutani KPH Pati, sampai dengan tahun 1997 seluruh jenis pohon tersebut masih ditemukan di kawasan Gunung Muria. Tapib sejak terjadinya aksi penjarahan tahun 1998 - 2002, sebagian besar tanaman itu dikhawatirkan punah (habis ditebangi).
Adapun latar belakang penelitian MRC UMK dan LRY , karena kawasan Gunung Muria yang luasnya 11.247 hektar dan berada di wilayah administrasi Kabupaten Pati (2.685 hektar), Kudus (1.927 hektar) dan Jepara (6.635 hektar), diperkirakan 50 persen di antaranya rusak.
Sedang tujuan penelitian antara lain : guna memahami konteks pengelolaan kawasan. Menyusun data dan informasi sebagai dasar penyusunan rencana mengelola kawasan. Menyusun rencana pengelolaan kawasan berasaskan demokrasi dan berbasis pada sumber lokal. “Serta melakukan aksi-aksi konkrit yang berkaitan dengan pengelolaan kawasan Gunung Muria yang lestari," tambah Widjanarko.
Adapun output penelitian adalah database awal tentang kawasan Gunung Muria. Jaringan informasi dan kelembagaan terkait dengan pengelolaan kawasan, serta rekomendasi rencana pengelolaan kawasan ini.
Tanaman yang berhasil ditemukan meliputi : kayu merah (Pterocarpus indica Willd), Orok-orok ( Clotalaria ferruginee), Sengon jawa (Albizia chinensis MERR), Sengon laut ( Paraserientes falcataria), Sonokeling ( Dalbergia latifolia), Kenanga hutan –kedoya ( Dysosxylum amoorides MIQ), Anggrek tanah ( Calanthee veratrifolia RBR), Khontol semar ( Nerium indicum mill), Pulai ( Aistonia angustiloba MIQ), Kimpul ( Poctulaca cleracea), Ganyong ( Canna edulis KER), Durian ( Durio zibethenus MURR), Siyem ( Sachium edule SW), Gadung (Bioscorea hispida DENNST), Melinjo ( Gnetum gnemon) dan Alpukat (Persea gratissima GAERTN).(SUP)

Pohon Ulin Semakin Jarang Ditemukan
Palangkaraya, Kompas - Pohon ulin kini semakin jarang ditemukan di hutan-hutan Kalimantan Tengah. Pohon berkayu keras dengan diameter batang bisa lebih dari satu meter ini hanya dapat ditemukan di daerah hutan bagian hulu sungai.
Berdasar pantauan Kompas, banyak warga Kalimantan Tengah (Kalteng) memanfaatkan kayu ulin (Eusideroxylon zwageri) untuk sirap atau atap rumah, kusen, dan juga landasan dermaga di tepian sungai.
Atap sirap dari kayu ulin itu awet untuk waktu sedikitnya 25 tahun. Kalau kena air, kayu ulin ini justru semakin awet, kata Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Kalteng Satriadi, Senin (13/2) di Palangkaraya.
Saat ini ulin relatif bisa ditemukan di hutan bagian hulu sungai, seperti di hutan Tumbang Habangoi, sekitar Sungai Samba, anak sungai Daerah Aliran Sungai (DAS) Katingan. Selain itu juga di hulu DAS Seruyan, DAS Mentaya, dan DAS Kapuas.
Di Kecamatan Mendawai, Kabupaten Katingan, terdapat dermaga-dermaga terbuat dari kayu ulin yang diperkirakan usianya lebih dari 70 tahun.
Dulu tiang ulin dermaga itu seukuran paha orang dewasa. Meski tergerus air hingga sekarang jadi seukuran lengan, tiang tetap kuat, kata Mohammad, seorang warga pemilik warung di tepian Sungai Katingan, beberapa waktu lalu.
Menurut Satriadi, salah satu penyebab langkanya kayu ulin karena sejak lama digunakan masyarakat untuk berbagai keperluan. Di Danau Sembuluh, Kabupaten Seruyan, kayu ulin digunakan masyarakat untuk bahan baku jukung.
Perkembangbiakan ulin secara alami relatif sulit karena kulit biji ulin amat keras. Ukuran biji ulin kira-kira sebesar buah kakao.
Upaya pembibitan pohon kayu ulin saat ini sedang diupayakan dengan usaha swadaya masyarakat. Di antaranya lembaga swadaya masyarakat Bina Sumber Daya di Puruk Cahu, Kabupaten Barito Utara.
Kelompok ini mencoba menanam biji ulin dengan memecah kulitnya lebih dulu dan ditanam hingga bertunas. Tunas ulin itu dijadikan bibit untuk ditanam lagi. (CAS)